Jumat, 04 Juni 2010


“ MISTERI DIBALIK RAWA ONOM “Sebagai masyarakat Ciamis, tentu kita pernah mendengar cerita-cerita atau mendengar para orang tua menyebut-nyebut tentang onom.Banyak diantara kita tidak tahu apa sebenarnya yang dinamakan onom itu ?Nama manusia kah ? jenis tumbuhan kah ? atau nama spesieshewan langka yang tak lazim atau jarang kita dengar ?Onom sendiri adalah sebangsa makhluk halus yang berpusat di areal sebuah rawa seluas 947 ha, dan berpusat di areal yang bernama Pulo Majeti. Sedangkan rawanya sendiri disebut dengan Rawa Onom.Onom bagi masyarakat ciamis khususnya kota Banjar adalah sebangsa makhluk halus atau yang lazim disebut dengan siluman.Siluman mempunyai arti tersendiri untuk sebutan makhluk halus, yaitu dikenakan kepada makhluk halus yang dulunya berwujud manusia biasa, namun karena “ngahiang” (menghilang, meleburkan diri), dan menjadi makhluk halus maka disebutlah ia sebagai siluman.Bangsa onom konon punya kerajaan yang bernama Pulo Majeti, konon yang berkuasa di kerajaan tersebut adalah Prabu Selang Kuning, dan isterinya yang bernama Ratu Gandawati Sahiang Ingkang Garwa. Seperti lazimnya kerajaan, mereka memiliki aparat-aparat kepercayaan yaitu Patih Kalintu, dan abdi dalemnya yaitu Mas Bugel, Ki Begedel, Ki Rimpung, dan Mas Jemblung.*SAL MUASAL*Prabu Selang Kuning, penguasa kerajaan pulo mjeti ini dulunya adalah manusia biasa juga. Beliau merupakan patih kepercayaan Kerajaan Galuh. Oleh raja beliau diperintahkan untuk membangun wilayah baru di sebuah areal yang sekarang kita kenal dengan nama Pulo Majeti. Patih Selang Kuning pun tanpa pamrih menerima titah Baginda tersebut dengan sangat telaten dan sabar ia merubah tempat tersebut yang semula hanya merupakan rawa berubah menjadi istana hebat dan bertempat di Pulo Majeti. Namun karena ia yang merasa telah membangun istana tersebut akhirnya Prabu Selang Kuning pun tidak mau memberikannya kepada Kerajaan Galuh, melainkan mengangkat dirinya sendiri menjadi penguasa kerajaan tersebut.Untuk menghindari percekcokan dengan Kerajaan Galuh, maka Prabu Selang Kuning mengajak seluruh rakyatnya pindah ke alam lain, dan itulah bangsa onom tersebut.Kisah onom seakan tak terpisahkan dengan perkembangan kabupaten ciamis. Dulu para bupati dan raja-raja Galuh diyakini punya hubungan dengan lelembut ini. Dalam berbagai hal, onom dipercaya sring membantu mereka. Kisah bangsa lelembut bernama onom di ciamis tak terpisahkan dengan perjalanan bupati/Raja Galuh R.A.A Kusuma Diningrat di masa lalu. Raja galuh yang kerap dipanggil Kanjeng Prabu ini amat dikenal oleh masyarakat karena beliau merupakan bupati yng berhasil membangun ciamis dan juga dikenal sebagai bupati yang memiliki banyak kelebihan, kelebihan tersebut salah satunya yaitu memiliki hubungan khusus dengan roh halus yang disebut onom. Bentuk hubungn tersebut misalnya saat mengadakan pesta hajat di pendopo, beliau selalu menyediakan tempat dan hidangan khusus untuk onom, tempat tersebut letaknya di belakang pendopo.Hubungan onom dengan bupati ciamis dan keturunannya konon terus berlangsung dan menjadi bagian kepercayaan masyarakat ciamis hingga sekarang. Beberapa bupati penerus Kanjeng Prabu hingga dekade 1980-an, apabila akan ada perayaan HUT ciamis, panitia selalu menyiapkan kuda yang sudah dihias berikut perlengkapan lainnya (konon perlengkapan tersebut didatangkan langsung dari Pulo Majeti, Rawa Onom). Kuda tersebut dibawa karnaval, berkeliling kota ciamis dalam keadaan kosong tanpa ada yang menunggangi. Namun yang aneh kuda tersebut terengah-engah seakan membawa beban berat. Menurut cerita, katanya kuda tersebut sebenarnya ditunggangi bangsa onom.Sebutan onom, siluman dan Pulo majeti di daerah Purwaharja Ciamis ini selalu berkaitan dengan kisah mistik, kesan angker dan menyeramkan. Bahkan konon sebelum tahun 1970-an setiap ada acara-acara peresmian yang berhubungan dengan kepemerintahan ciamis, maka akan diadakan ritual atau lazim disebut dengan upacara pemujaan atau pemanggilan bangsa onom. Konon kemunculan onom ditandai dengan seekor kuda tak berpenumpang, tapi tubuhnya bermandi keringat dengan nafas terengah-engah seakan menanggung beban yang sangat berat. Kuda tersebut diyakini telah ditunggangi oleh Ratu onom.Namun seiring dengan berkembangnya zaman, kepercayaan dan pemujaan terhadap onom mulai luntur, bahkan nyaris tak pernah dilaksanakan lagi. Dari perspektif penelitia ilmu pengetahuan yang memerlukan disis logis, memang hal-hal seperti onom, lelembut, arwah atau hal-hal lainnya merupakan hal yang tabu dan tidak masuk akal, tapi semuanya tergantung pada kita, kembali lagi pada diri sendiri, mau mempercayai atau tidak toh hasilnya akan sama, bahwa hal-hal ghaib tersebut merupakan hal yang kasat mata dan tak dapat diraba.